Mengenal Prosedur Cuci Darah, Cara Kerja, dan Efek Sampingnya

Prosedur cuci darah, atau yang juga dikenal sebagai hemodialisa, adalah prosedur medis yang digunakan untuk membuang limbah dan kelebihan cairan dari darah. Prosedur cuci darah ini dilakukan pada orang yang memiliki penyakit ginjal kronis yang tidak lagi dapat berfungsi secara efektif untuk menyaring darah.

Cara Kerja Cuci Darah

Pada prosedur cuci darah, darah pasien akan dialirkan melalui mesin cuci darah. Mesin ini akan menyaring darah dan membuang limbah dan kelebihan cairan. Setelah disaring, darah akan dialirkan kembali ke tubuh pasien.

Cara kerja cuci darah adalah sebagai berikut:

  1. Pemasangan kateter

Prosedur cuci darah dimulai dengan pemasangan kateter ke pembuluh darah pasien. Kateter ini akan digunakan untuk mengalirkan darah ke mesin cuci darah dan kembali ke tubuh pasien.

Ada dua jenis kateter yang dapat digunakan untuk cuci darah, yaitu:

  • Kateter arteri-vena (AV): Kateter ini dipasang di pembuluh darah arteri dan vena. Kateter ini dapat digunakan untuk cuci darah jangka panjang.
  • Kateter femoralis: Kateter ini dipasang di pembuluh darah femoralis, yaitu pembuluh darah yang terletak di paha. Kateter ini biasanya digunakan untuk cuci darah jangka pendek.
  1. Pemasangan dialisis

Setelah kateter dipasang, darah pasien akan dialirkan ke mesin cuci darah. Di mesin cuci darah, darah akan dipisahkan menjadi dua bagian: plasma dan sel darah. Plasma adalah cairan darah yang mengandung limbah dan kelebihan cairan. Sel darah akan dikembalikan ke tubuh pasien.

Limbah dan kelebihan cairan yang ada di plasma akan disaring oleh mesin cuci darah. Proses penyaringan ini dilakukan dengan menggunakan membran semipermeabel, yaitu membran yang dapat dilewati oleh air dan zat-zat tertentu, tetapi tidak dapat dilewati oleh limbah dan kelebihan cairan.

  1. Pemulihan darah

Plasma yang telah disaring akan dikombinasikan kembali dengan sel darah. Darah yang telah disaring ini kemudian akan dialirkan kembali ke tubuh pasien melalui kateter.

Prosedur cuci darah biasanya dilakukan 3-4 kali seminggu, dengan durasi masing-masing 3-4 jam. Prosedur ini dilakukan di rumah sakit atau pusat cuci darah.

Mengenal Cuci Darah Cara Kerja, Efek Samping, dan Risikonya

Prosedur Cuci Darah

Prosedur cuci darah biasanya dilakukan 3-4 kali seminggu, dengan durasi masing-masing 3-4 jam. Prosedur ini dilakukan di rumah sakit atau pusat cuci darah.

Prosedur cuci darah dimulai dengan pemasangan kateter ke pembuluh darah pasien. Kateter ini akan digunakan untuk mengalirkan darah ke mesin cuci darah dan kembali ke tubuh pasien.

Setelah kateter dipasang, darah pasien akan dialirkan ke mesin cuci darah. Di mesin cuci darah, darah akan dipisahkan menjadi dua bagian: plasma dan sel darah. Plasma adalah cairan darah yang mengandung limbah dan kelebihan cairan. Sel darah akan dikembalikan ke tubuh pasien.

Limbah dan kelebihan cairan yang ada di plasma akan disaring oleh mesin cuci darah. Setelah disaring, plasma yang telah bersih akan dikombinasikan kembali dengan sel darah.

Darah yang telah disaring akan dialirkan kembali ke tubuh pasien melalui kateter.

Baca Juga : Gangguan Mata dan Kebutaan, Ancaman Nyata bagi Gen Z dan Milenial

Risiko dan Efek Samping dari Cuci Darah

Cuci darah adalah prosedur medis yang penting bagi orang yang memiliki penyakit ginjal kronis. Prosedur cuci darah ini dapat membantu menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh, serta membuang limbah dari darah. Namun, cuci darah juga dapat menimbulkan beberapa risiko dan efek samping.

Risiko dari cuci darah

Risiko dari cuci darah dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu risiko jangka pendek dan risiko jangka panjang.

Risiko jangka pendek

Risiko jangka pendek dari cuci darah meliputi:

  • Hipotensi: Tekanan darah rendah
  • Hiperkalemia: Kadar kalium darah tinggi
  • Hiponatremia: Kadar natrium darah rendah
  • Aritmia: Gangguan irama jantung
  • Infeksi: Infeksi di sekitar kateter atau di dalam tubuh
  • Reaksi alergi: Reaksi alergi terhadap obat-obatan atau bahan kimia yang digunakan dalam cuci darah

Risiko jangka panjang

Risiko jangka panjang dari cuci darah meliputi:

  • Penurunan kualitas hidup: Cuci darah dapat menyebabkan kelelahan, mual, muntah, dan sesak napas.
  • Peningkatan risiko penyakit jantung: Cuci darah dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, seperti penyakit jantung koroner dan gagal jantung.
  • Osteoporosis: Cuci darah dapat meningkatkan risiko osteoporosis, yaitu kondisi yang menyebabkan tulang menjadi lemah dan rapuh.
  • Aneurisma aorta: Cuci darah dapat meningkatkan risiko aneurisma aorta, yaitu pembengkakan pada aorta, yaitu pembuluh darah utama yang membawa darah dari jantung ke seluruh tubuh.

Efek Samping Cuci Darah

Prosedur cuci darah dapat menimbulkan beberapa efek samping, antara lain:

  • Hipotensi: Tekanan darah rendah
  • Hiperkalemia: Kadar kalium darah tinggi
  • Hiponatremia: Kadar natrium darah rendah
  • Aritmia: Gangguan irama jantung
  • Infeksi
  • Reaksi alergi

Efek samping cuci darah biasanya bersifat ringan dan dapat diatasi dengan pengobatan. Namun, pada beberapa kasus, efek samping cuci darah dapat bersifat serius dan mengancam jiwa.

Kesimpulan

Cuci darah adalah prosedur medis yang penting bagi orang yang memiliki penyakit ginjal kronis. Prosedur cuci darah ini dapat membantu menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit dalam tubuh, serta membuang limbah dari darah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *